Dr petersson dari Chalmers University of Technology di Sweden bersama rekannya memperkenalkan model partikel baru untuk memprediksi keberadaan dari dark matter.
Pada modelnya Dr Petterson yang dikenal sebagai ‘supersymmetry’, berisi banyak ‘elemetary particles’ (hal terkecil yang diketahui keberadaannya) daripada yang ada di Model Standar. Yang dimana ini termasuk dark matter.
Model Standar partikel fisika pada saat ini sudah sangat baik dalam menjelaskan fisika pada tingkat sub-atomik, tapi sayangnya model ini belum dapat menjelaskan tentang dark matter.
Ketika fisikawan mempelajari dinamika dari galaksi-galaksi dan pergerakan bintang-bintang, mereka dihadapkan oleh sebuah misteri. Jika mereka hanya mencatat atau memperhitungkan materi terlhat itu tidak akan sesuai dengan persamaan mereka, elemen-elemen yang dapat diobservasi tidak cukup untuk menjelaskan rotasi dari objek-objek dan keberadaan gaya gravitasi. Ada sesuatu yang kurang.
Dari hal tersebut, mereka menarik kesimpulan bahwa pasti ada sebuah materi yang tidak tampak/terlihat dengan cahaya, tapi sebagai sebuah keseluruhan yang dapat berinteraksi dengan gaya gravitasi. Yang disebut dark matter,, substansi yang merupakan 80% materi yang diketahui di alam semesta.
Pada model ‘supersymmetry’ ini memberikan penjelasan yang berbeda tentang partikel Higgs (partikel pemberi massa) dengan yang ada di Model Standar. Yang dimana model ini mengusulkan bahwa sebuah partikel Higgs dapat dihancurkan menjadi sebuah foton dan dark matter.
Model ini pun nantinya akan di uji di CERN untuk kepastiannya dengan menggunakan LHC. Yang dimana sebelumnya LHC detector telah menciptakan sebuah partikel Higgs dan telah dihancurkan menjadi 4 muon.
Sumber: dailmail.co.uk , discovery.com ,
0 Responses so far.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Post a Comment